Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the stormea domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/indo0323/38.181.63.138/wp-includes/functions.php on line 6121
Kaya33 – Benarkah Bayi Sering Dibacakan Buku Jadi Lebih Gampang Belajar Membaca? Ini Penjelasan Dokter – Kaya33

Kaya33 – Benarkah Bayi Sering Dibacakan Buku Jadi Lebih Gampang Belajar Membaca? Ini Penjelasan Dokter

ilustrasi anak membaca
Jakarta

Membacakan untuk bayi sejak usia dini sering dianggap sebagai kegiatan yang penuh manfaat. Biasanya, Bunda dan Ayah akan meluangkan waktu sebelum tidur untuk membacakan cerita meski Si Kecil belum memahami kata-kata.

Membacakan buku untuk bayi disebut bisa merangsang perkembangan otak. Hal ini karena sel-sel otak mendapatkan stimulasi sehingga bermanfaat untuk ingatan serta kemampuan berbahasa anak.

Tidak hanya itu, sering membacakan buku pada anak sejak usia dini disebut bisa membuat Si Kecil mudah belajar membaca di kemudian hari. Lantas, benarkah hal ini?

Membacakan buku sejak bayi membuat anak mudah belajar membaca

Dokter Spesialis Anak dari RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dr. Nitish Basant Adnani, turut menjelaskan tentang hal ini ketika berbincang bersama HaiBunda dalam Instagram Live. Ia menyebut buku mampu menstimulasi otak anak sehingga Si Kecil cepat membaca dan berbicara.

“Benar sekali (sering membacakan bayi buku membuat anak gampang belajar membaca). Buku itu salah satu objek stimulasi yang sangat praktis. Dia enggak hanya mengajarkan agar cepat membaca, tapi bicara juga sama,” ungkap dr. Nitish, Selasa (15/4/2025).




Ketika Bunda membacakan buku pada bayi, mereka akan mendengarkan semua kata-kata yang diucapkan. Meski belum memahami kata-kata, anak akan merekam dan mengingat hal ini di kepalanya.

“Jadi kalau kita yang membacakan, dia lama-lama akan mendengarkan semua kata-katanya. Mungkin kesannya belum mengerti kalau kita ajakin membaca buku dari umur empat bulan. Tapi percayalah semua akan terekam di kepalanya,” ujar dr. Nitish.

“Semakin sering kita mengajak membaca buku bareng-bareng, nanti lama-lama dia akan tertanam dan nanti akan keluar babbling lebih cepat atau sesuai dengan usianya, habis itu akan keluar kata pertama dengan cepat. Jadi bagus sekali kalau sering-sering membaca buku,” sambungnya.

Risiko memberikan gadget pada daripada buku

Di zaman yang penuh dengan teknologi ini, Bunda mungkin lebih memilih untuk memberikan Si Kecil sebuah gadget daripada membacakan buku, ya? Sayangnya, dr. Nitish menyebut screen time atau waktu layar pada anak di bawah usia dua tahun tidak direkomendasikan.

“Memang kalau memberikan gadget atau sekarang ada istilah yang lebih luas yaitu screen time. Jadi screen time itu tidak hanya untuk gadget saja, tetapi juga mencakup TV kemudian semua yang ada layar atau yang menggunakan stimulasi visual satu arah. Termasuk di antaranya yang paling sering adalah gadget dan TV.”

“Kalau untuk menggunakan gadget, dari panduan yang tersedia saat ini, untuk usia 0 sampai dua tahun itu tidak direkomendasikan sama sekali. Di atas dua tahun, dua sampai lima tahun itu boleh satu jam. Kemudian tontonannya juga kita mesti pilih-pilih,” tuturnya.

Ketika anak sudah berusia di atas dua tahun, Bunda tetap perlu memilihkan tontonan yang berkualitas. Selain itu, tetap awasi anak ketika bermain gadget sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, ya.

“Kita harus pilih yang berkualitas, kemudian juga mesti diawasi orang tua. Kemudian satu jam itu bisa dibagi dua sesi ya misalnya pagi 30 menit dan sorenya 30 menit. Atau 20-20-20 menit. Tapi kalau di bawah dua tahun memang belum direkomendasikan. Kecuali untuk video call. Kalau gadget dan TV untuk stimulasi, itu kan jatuhnya satu arah, ya. Anak tidak terdorong untuk menjawab atau merespons secara ekspresif,” kata dr. Nitish.

“Jadi, alih-alih menggunakan gadget, kita bisa menggantinya dengan menggunakan buku-buku, mengajak Si Kecil ngobrol, atau menggunakan media-media lain yang bukan gadget,” sambungnya.

Lebih lanjut, dr. Nitish mengungkap bahwa penelitian menyebutkan adanya kaitan antara penggunaan gadget di bawah usia dua tahun dengan speech delay atau keterlambatan bicara. Tidak hanya itu, hal ini juga berhubungan dengan kondisi tantrum, Bunda.

“Kalau dari penelitian memang menunjukkan adanya kaitan penggunaan gadget di bawah dua tahun dengan kondisi keterlambatan bicara. Namun, selain itu juga ada kaitannya dengan risiko tantrum yang lebih tinggi kalau digunakan di luar waktu yang sudah dianjurkan,” paparnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

tags
categories
No category

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest Comments

No comments to show.