
Nilai matematika anak sering kali menjadi salah satu kekhawatiran Bunda dan Ayah. Ini merupakan hal yang wajar karena pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan penuh dengan rumus.
Meski begitu, tahukah Bunda bahwa prestasi anak di matematika tidak semata-mata dipengaruhi oleh guru dan kualitas sekolahnya? Nyatanya, Bunda dan Ayah turut berperan untuk menentukan nilai pelajaran yang satu ini.
Bukan lagi rahasia bahwa pelajaran matematika anak dan Bunda saat sekolah sangatlah berbeda. Ahli pun menyebut pelajaran matematika saat ini lebih berfokus pada pemahaman konseptual.
“Cara baru mengajar matematika berfokus pada membangun pemahaman konseptual siswa sehingga mereka memahami mengapa matematika dan apa konsep dasarnya tentang prosedur yang mereka pelajari,” ungkap Konsultan Pendidikan Senior berbasis di New York, Jen Gleason, dikutip dari laman US News.
“Anak-anak sekarang bekerja untuk menggunakan pemahaman konseptual yang mendalam ini untuk kemudian menerapkan pengetahuan tersebut. Tapi ini bukan berarti tidak ada penekanan pada kefasihan. Masih ada penekanan besar pada kemampuan anak-anak untuk menerapkan algoritma dengan lancar,” sambungnya.
Pengaruh orang tua pada nilai matematika anak
Kecemasan akan nilai matematika adalah hal yang wajar terjadi. Tidak hanya pada orang tua, anak pun merasakan hal yang sama sejak hari pertamanya masuk sekolah.
Dilansir dari laman The Conversation, laporan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mengungkap bahwa sekitar 40 persen siswa merasa gugup, tidak berdaya, atau cemas, dalam situasi sehari-hari yang melibatkan matematika. Misalnya saja seperti mengerjakan PR matematika atau memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan matematika.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Universitas Bologna, Treste, dan Macerata di Italia dengan Universitas Loughborough di Inggris, menjawab pertanyaan tentang peran orang tua dalam perkembangan kecemasan anak menghadapi pelajaran matematika.
Peneliti mengikuti 126 anak dari Italia di usia tiga hingga delapan tahun, Bunda. Mereka menilai keterampilan matematika anak dan tingkat kecemasan matematika mereka.
Tidak hanya itu, peneliti juga mengukur kecemasan matematika orang tua mereka pada awal penelitian. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa sebenarnya orang tua yang memiliki tingkat kecemasan tinggi tidak membuat anak mengalami hal serupa.
Temuan ini sangat berbeda dengan apa yang telah ditemukan oleh penelitian tentang kecemasan umum, yakni anak yang memiliki orang tua dengan kecemasan dikaitkan dengan anak berisiko memiliki kondisi yang sama.
Para peneliti Italia dan Inggris ini menemukan bahwa anak-anak dari orang tua dengan kecemasan matematika kurang berhasil dalam pelajaran ini.
Sepanjang tahun-tahun prasekolah, keterampilan berhitung awal anak-anak lebih rendah jika orang tua mereka lebih cemas tentang matematika. Anak-anak dengan keterampilan matematika yang lebih rendah di tahun-tahun awal sekolah masih memiliki pencapaian matematika yang lebih rendah ketika mereka berusia delapan tahun.
Selain itu, para peneliti juga menemukan bahwa hubungan antara kecemasan matematika orang tua dan perkembangan matematika anak-anak masih ada ketika tingkat pendidikan orang tua diperhitungkan. Hal ini berarti prestasi matematika anak yang lebih rendah tidak bisa dijelaskan oleh orang tua mereka sendiri yang memiliki tingkat prestasi pendidikan rendah.
Pentingnya keterlibatan orang tua ketika anak belajar
Penelitian yang sama menunjukkan bahwa semakin banyak orang tua dan anak-anak yang terlibat dalam kegiatan belajar matematika bersama seperti berhitung, bermain papan, atau mengukur bahan masakan, semakin banyak perkembangan matematika anak. Meski begitu, efeknya disebut masih sangat kecil.
Terkadang, orang tua yang membantu anak-anak mereka dengan matematika sebenarnya dilakukan karena anak mereka memiliki prestasi yang buruk dalam pelajaran matematika, Bunda.
Studi sebelumnya yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan bahwa ketika orang tua merasa cemas tentang matematika, anak-anak mereka akan belajar lebih sedikit tentang matematika. Tidak hanya itu, anak-anak juga memiliki kecemasan matematika yang lebih tinggi pada akhir tahun ajaran jika orang tua membantu mereka mengerjakan PR.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)
No responses yet